KepalaBagian Umum dan Humas Setda Kota Sabang, Bahrul Fikri yang dihubungi dari Banda Aceh, Rabu, mengatakan kegiatan dengan Tema "Melayu Serumpun Bersatu" akan dilaksanakan di Pelabuhan CT3 BPKS pada tanggal 30 Agustus sampai 1 September 2019. MulaiJumat (20/9/2013) ini, dengan berkendara, "Kompas" melakukan Jelajah Peradaban dari Sabang, Aceh, ke Merauke, Papua. Perjalanan memakan waktu sekitar 40 hari. Laporan diperkaya oleh tim dari hampir seluruh negeri dan diturunkan mulai Sabtu besok hingga 30 Oktober mendatang. Perjalanan dijadwalkan berakhir di Merauke pada 28 Oktober 2013 Kenampakanalam di Indonesia memiliki ciri yang berbeda-beda antara provinsi satu dengan provinsi yang lainnya. Secara umum, kenampakan alam berupa daratan dan perairan. Kenampakan alam daratan berupa pegunungan, gunung, dataran tinggi, dataran rendah, dan tanjung. Kenampakan alam perairan berupa sungai, danau, laut, dan selat. DiProvinsi DIY terdapat empat kabupaten dan satu kota dimana tentunya setiap kabupaten dan kota masing-masing mempunyai potensi ekonomi yang khas sesuai keadaan daerahnya masing-masing sehingga akan mempunyai PDRB, tingkat pertumbuhan dan prioritas sektoral yang berbeda- beda pula seperti yang terlihat dalam Tabel.3 berikut ini : Adapunkota yang waktu mulai gerhananya paling akhir adalah di Merauke, Papua, yaitu pukul 14.37 WIT. Demikian juga waktu puncak gerhana yang akan berbeda-beda di setiap daerah. Di Indonesia, daerah yang akan mengalami waktu saat puncak gerhana paling awal adalah kota Sabang, yang terjadi pada pukul 11.49 WIB. Kenampakanbuatan di Indonesia meliputi: waduk, pelabuhan, bandar udara, kebun binatang, perkebunan, dan pabrik. Selain kenampakan alam, kita juga akan mempelajari tentang persebaran flora fauna, keadaan alam, dan sistem pembagian waktu di Indonesia. Mari, kita simak peribahasan berikut ini. A. Kenampakan Alam Wilayah Indonesia. Darisegi geografis Indonesia, wilayah Kota Sabang berada pada 95°13'02"-95°22'36" BT, dan 05°46'28"-05°54'-28" LU, merupakan wilayah administratif paling utara, dan berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Thailand, dan India. Wilayah Kota Sabang dikelilingi oleh Selat Malaka di Utara, Samudera Hindia di Selatan, Selat Malaka di Timur dan Samudera Hindia di Barat. DariSabang-Merauke, dari kota hingga batas negara, DJP terus melayani dan memberikan yang terbaik untuk bangsa. Mengisi kemerdekaan adalah tentang usaha terus berkontribusi untuk bangsa dan negara. Olehsebab itu, hasil dalam penelitian kali ini akan menjelaskan Kawasan Kota Lama Semarang dengan konsep teori lima elemen citra kota yang akan dijabarkan antara lain pathnya pada kawasan ini Luaswilayah Indonesia sendiri bisa mencapai 1.9 juta km² dan terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sehingga untuk wilayah waktu di Indonesia sendiri, maka sangat diperlukan adanya pembagian waktu menurut daerah-daerah yang ada di Indonesia. Mengapa Waktu di Indonesia Berbeda-beda? Sejarah Penetapan Zona Waktu di Indonesia Kepres No. 41 tahun 1987 UpBkFe. Medan - Kota Sabang dan Kota Merauke merupakan dua kota di Indonesia yang jaraknya paling berjauhan. Sabang berada di ujung berada di Aceh dan Merauke di daerah itu akrab diingatan masyarakat Indonesia karena masuk dalam dalam lagu yang diciptakan R Suharjo berjudul Dari Sabang Sampai Merauke. Lagu ini wajib dinyanyikan khususnya anak-anak di perbedaan jarak itu, waktu di tempat keduanya juga berbeda. Di Sabang menggunakan Waktu Indonesia Barat WIB, dan Merauke menggunakan Waktu Indonesia bagian Tengah WITA. Kedua zona waktu itu memiliki perbedaan 2 jam, dengan WITA 2 jam lebih cepat dari WIB. Oleh karena itu, di Kota Merauke lebih cepat malam hari daripada di Kota bulan Ramadan ini, menarik untuk mengetahui berapa lama perbedaan buka puasa antara warga yang berpuasa di Kota Sabang dan dan warga yang berpuasa di Kota Merauke. detikSumut mencoba menghitung perbedaan waktu berbuka puasa di kedua tempat dari situs Bimas Islam Kemenag, jadwal berbuka puasa untuk Kota Merauke hari ini Rabu 27/4/2022 adalah pukul WITA. Artinya, waktu berbuka puasa di Merauke itu sama dengan WIB di kita lihat waktu berbuka puasa di Sabang. Masih dilansir dari situs Bimas Islam Kemenag, waktu berbuka di Sabang hari ini adalah dihitung, di Sabang berbuka pukul WIB dan Merauke berbuka pukul WIB setelah dirubah dari WITA, maka jarak waktu berbuka puasa antara Sabang dan Merauke adalah 3 jam 14 menit. Simak Video "Sabang Aceh Diguncang Gempa M 5,8" [GambasVideo 20detik] afb/afb Merupakan kebahagian tersendiri, berkesempatan berkunjung ke semua pulau-pulau besar dan kecil, nyaris semua provinsi di Indonesia dalam melaksanakan tugas kedinasan abdi negara sehingga lengkaplah sebuah catatan dari Sabang sampai Merauke. Layaklah predikat yang dijuluki kepada Indonesia sebagai negeri "sepotong sorga" karena memang alamnya yang indah dan potensi sumber dayanya melimpah, termasuk ujung timur Nusantara yakni Provinsi Papua dan Papua Barat. Instruksi Presiden Joko Widodo dengan Nomor 9 Tahun 2017, mencanangkan Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Dasar instruksi tersebut juga mengantarkan penulis menginjakkan kaki di Papua yang kaya akan sumber daya alam dan sumber devisa negara. Berdasarkan Inpres tersebut, Kepala Badan Kepegawaian Negara, Bima Haria Wibisana menindaklanjuti dengan membentuk tim Pendekatan Pelayanan Kepegawaian P2K Papua dan Papua Barat, tibalah penulis di Merauke, kota Rusa ini. Sepenggal lagu ciptaan dengan judul asli "Dari Barat Sampai ke Timur" kemudian diubah oleh Presiden Soekarno menjadi "Dari Sabang Sampai Merauke" pada 6 Mei 1963, "Dari Sabang sampai Merauke ....berjajar pulau-pulau ....sambung menyambung menjadi satu....itulah Indonesia .... Indonesia tanah airku .....aku berjanji padamu...menjunjung tanah airku ... tanah airku Indonnesia". Bila kita simak lirik lagu wajib tersebut, sarat dengan pesan persatuan, agar dari pulau yang satu mendukung pulau yang lain baik secara ekonomi maupun sosial budaya, pertahanan dan keamanan, yang pada gilirannya timbul rasa korsa kenusantaraan. Makmur Ibrahim, M. Hum Istimawe Sebagai putra Indonesia kelahiran Aceh yang nun jauh di sana, menginjakkan kaki di Merauke adalah cita-cita sejak kecil, dibangku SD saat menyanyikan lagu-lagu wajib di ruang kelas, termasuk lagu "dari Sabang sampai Merauke", selalu tergiang kapan bisa sampai di bumi cendrawasih ini, khususnya kota Merauke. Pucuk dicinta ulam pun tiba, berkah program P2K BKN, pagi hari Selasa 8/5/2018 dengan GA658 mengantarkan penulis dari Jayapura ke Merauke, jelang landing di kota Merauke, penulis menoleh ke bawah, ternyata kelihatan jelas hamparan sawah yang cukup luas sebagai daerah penghasil padi, sehingga cukup beralasan Presiden Joko Widodo menetapkan Merauke sebagai lumbung padi Nasional dengan kesediaan lahan padi seluas 4,6 juta hektar 11/5/2015. Presiden Joko Widodo Jokowi telah melakukan kunjungan kerja ke lokasi lahan pertanian untuk memastikan kesiapan Merauke menjadi lumbung padi nasional, dan direalisasikan dengan catatan harus dengan mekanisme modern. Pada kunker tersebut langsung diberi target 1,2 juta hektar harus diselesaikan dalam 3 tahun, katanya dalam sambutan peresmian jaringan optik SMPCS di Kantor Manokwari, minggu 10/5/2015. Daya dukung untuk ini memang terlihat saat penulis berkunjung ke Distrik Merauke termasuk bila kita melewati jalan Trans Irian menuju Kabupaten Boven Digoel, dengan sumber airnya dari Sungai atau Kali Maro, lebar sungai ini mencapai 500 meter, yang cabang hulu sungai/kali Moro juga dari negara tetangga Papua Nugini. Merauke adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, kabupaten ini adalah kabupaten terluas km2 sekaligus paling timur di Indonesia, dengan jumlah penduduk jiwa sumber Dinas Kependudukan & Capil 2017/ mediami 20 Distrik/Kecamatan, 160 kelurahan, mempunyai moto IZAKOD BEKAI IZAKOD KAI Satu Hati Satu Tujuan, dengan julukan kota Rusa, karena populisi rusa di sini sangat tinggi walaupun perburuan besar-besaran juga terus terjadi untuk diolah menjadi makanan berupa dendeng rusa, yang menjadi oleh-oleh utama Merauke. Kota ini juga dijuluki kota injil, tetapi kehidupan umat beragama di sini sangat rukun dan damai serta saling menghormati, suara azan yang sahut menyahut dari menara-menara mesjid saat waktu shalat tiba membahana di angkasa Kota Merauke, penulis menyaksikan sendiri jamaah shalat zuhur bergegas menuju mesjid Al-Aqsa yang berdiri megah di tengah kota Merauke di atas hamparan lahan tanah seluas m2, sedangkan luas bangunannya m2, dengan arsitektur gaya timur tengah, seluruh dindinnya dibalut dengan marmar berwarna coklat muda menambah asri dan anggunnya mesjid yang menjadi kebanggaan 41,17% pemeluk agama Islam di kota ini, hidup rukun dan damai bersama 58,41% pemeluk Kristen, Hindu 0,27% dan Budha 0,15%. Istimawe Di depan Mesjid Raya Al-Aqsa Merauke yang megah ini, berdiri sebuah tugu penanda kota Merauke, tugu Lingkaran Brawajaya namanya, tugu dengan angka 969 memiliki arti Merauke umur panjang, 9 berarti damai dan sejahtera, sedangkan angka 6 memiliki arti keseimbangan, dan puncak tugu terdapat replika bola dunia yang berarti Merauke harus mendunia serta tulisan 1902 sebagai tahun lahir Kota Merauke, tepatnya pada tanggal 12 Februari 1902 yang ditemukan oleh pegawai pemerintah Belanda nn. Dilihat dari kondisi geografis, sejarah, ekonomi dan budaya, Kota Merauke memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan kota-kota lain di Pulau Papua. Secara geografis, kota Merauke adalah salah satu kota paling timur di Indonesia, berbatasan dengan negara Papua Nugini Papua New Guinea. Di wilayah Kota Merauke, dengan penduduk yang ramah ini, terdapat sebuah tugu yang merupakan kembaran dari tugu yang terdapat di Sabang, yaitu Tugu Sabang-Merauke. Tugu ini dibangun sebagai simbol Kesatuan Negara Republik Indonesia, dari Sabang Aceh sampai Merauke Papua. Tugu Sabang-Merauke ini bisa kita jumpai di Distrik Sota, yaitu sebuah daerah yang terletak di timur Kota Merauke. Untuk menuju ke sana kita bisa menggunakan kenderaan roda empat, yang di kiri dan kanan jalan sepanjang 75 km dari Kota Merauke terlihat jelas rumah semut, tumbuh dengan arsitektur indah menjulang ke langit, yang menurut keterangan Ketua Adat Kampung Sota, Daud Dimar Ndiken, bisa tumbuh 20 cm dalam semalam, menambah pesona alam anugerah tuhan ini. Dan terlihat juga pondok-pondok masyarakat Sota penyuling minyak kayu putih di sepanjang jalan, sebagai sumber mata percaharian utama dari masyarakat Sota yang sangat mencintai alam sekitar di tanah kelahirannya. Nun jauh dari timur ke paling barat, sejarak km dari Kota Merauke, terdapatlah Kota Sabang, Aceh. Merupakan gugusan pulau terdepan pemersatu Indonesia dari Sabang sampai Merauke, merupakan pengikat dan pemersatu buah pulau wilayah nusantara, baik pulau yang sudah bernama maupun pulau yang belum bernama sumber Kementerian Dalam Negeri. Kota Sabang berupa kepulauan di seberang Pulau Sumatera, dengan Pulau Weh sebagai pulau terbesar, tempat letaknya Kota Sabang, dengan luas hanya 153 km2, berpenduduk jiwa. Kota Sabang sebelum perang dunia kedua adalah kota pelabuhan terpenting dibandingkan Tamasek sekarang Singapura, yang dikenal dengan pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh Pemerintah Kolonial Belanda sejak Tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan, Era pelabuhan bebas Sabang yang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij haven dan dikelola oleh Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang dunia kedua ikut mempengaruhi kondisi sabang, dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibom pesawat sekutu dan mengalami kerusakan fisik, hingga kemudian terpaksa ditutup. Istimawe Pada awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat pertahanan Angkatan laut Republik Indonesia Serikat RIS dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset pelabuhan Sabang Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada Tahun 1965 dibentuklah Pemerintah Kotapraja Sabang berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1965 dan dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas Sabang. Seiring dengan ini Pelabuahan bebas Sabang sebgai pintu masuk ke selat Malaka dan merupakan jalur memperlancar arus orang dan barang ke seluruh gugusan pulau di nusantara. Inilah titik taut penghubung dan pemersatu dari Sabang sampai Merauke.......berjajar pulau-pulau....Sambung menyambung menjadi satu......itulah Indonesia.... ..... . Di Desa Iboh, Sabang, juga terdapat tugu Nol Kilometer Indonesia, yang dibangun lebih megah berdasarkan hasil survey Badan Pengembangan dan Penerapan Teknolagi BPPT, saat berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Iptek pada tahun 1997 dan telah direhab kembali oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang BPKS pada Tahun 2017, berdiri megah di atas bukit dengan panorama indah Lautan Hindia yang airnya sangat bening, tampak jelas ikan-ikan berenang bak bersenda gurau, ikan yang menghiasi keluar masuk ke wilayah taman laut Iboh yang saban tahun padat dengan kunjungan wisata manca negara, terutama pada musim dingin di Eropah, wisatawan menetap di sana dalam kurun waktu lama, sampai 3 bulan. Kembaran Tugu Nol Kilometer Sabang, terdapat pula Tugu Nol Kilometer di Desa/Distrik Sota Kabupaten Merauke, Tugu Nol Kilometer ini tidak semegah yang ada di Sabang, maka harapan kita agar Pemerintah Pusat, dalam hal ini Menteri Dalam Negeri selaku Kepala Badan Pengelola Perbatasan BNPP, membangun baru tugu perbatasan beserta fasititas pendukungnya, selengkap dan seindah pos lintas batas yang ada di Skouw, Jayapura, sebab tugu ini juga menunjukkan eksistensi negara dengan negara tetangga Papua Nugini, lantaran ini merupakan ikon negara sehingga menambah kebanggaan penduduk khusunya penduduk di Distrik Sota, Merauke. Juga pada tempatnya pula, perlu digagas pertemuan dua Pemda yang membingkai NKRI antara Pemerintah Kota Sabang dan Pemerintah Kabupaten Merauke, sebagai wujud rasa persatuan. Buat kamu yang sudah pernah pergi ke titik paling barat di Sabang, pasti akan sangat berkesan kalau bisa melengkapi petualanganmu dengan mengunjungi titik paling timur di Merauke. Jangan khawatir, Merauke bukan kota tertinggal seperti yang kamu bayangkan Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia… Begitulah sepenggal lirik lagu nasional berjudul Dari Sabang Sampai Merauke ciptaan R. Soerardjo. Buat kamu yang besar di era 90-an, lagu itu pasti sangat akrab di telinga karena sering diputar ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Lagu itu menggambarkan betapa luasnya Indonesia. Mengunjungi titik nol kilometer Indonesia yang berada di Sabang mungkin sudah biasa. Selain akses yang mudah, Sabang juga memiliki potensi wisata yang sangat besar. Tak heran kalau para pelancong yang berwisata ke Sabang sering menyempatkan diri singgah di tugu nol kilometer. Tapi bagaimana dengan Merauke? Dari sisi pariwisata, nama Merauke memang tak setenar Sabang. Selain karena letak geografisnya yang jauh di ujung timur Indonesia, potensi pariwisata Merauke kalah jauh dari Sabang. Hal itu membuat “kota rusa” ini jarang dijamah para pelancong. Meski tak memiliki potensi wisata yang besar seperti Raja Ampat, Jayapura, dan beberapa wilayah Papua lainnya, perjalananmu ke Merauke dijamin tak akan sia-sia. Sebab, kamu bisa belajar banyak di sana. Setidaknya, ada lima pengalaman langka yang cuma bisa kamu dapat di Merauke. Untuk lebih jelas, simak penjelasan berikut ini 1. Melihat Titik Paling Timur Indonesia Tugu Sabang-Merauke di Distrik Sota. Foto oleh Tulus Muliawan Seperti kota-kota lain di Indonesia, Merauke juga menyimpan pesona khas. Salah satu yang paling unik adalah Tugu Kembar Sabang-Merauke. Tugu setinggi tiga meter ini didirikan sebagai simbol titik paling timur di Indonesia. Tugu yang sama juga ada di Sabang, sebagai titik paling barat Indonesia. Tugu ini berada di pertigaan jalan Trans Papua yang menghubungkan Kota Merauke, Distrik Sota, dan Kabupaten Boven Digul. Sekitar satu kilometer ke arah timur dari tugu ini, kamu bisa melihat dari dekat gerbang perbatasan Indonesia-Papua Nugini, yang menjadi salah satu tujuan wisata di Merauke. Di perbatasan itu, kamu bisa santai sejenak sambil menikmati jajanan yang dijual penduduk perbatasan di pasar tradisional batas negara. Selain menikmati makanan, kamu juga bisa belanja suvenir khas Merauke seperti baju, tas dari bulu kasuari, sampai minyak kayu putih yang dibuat secara mandiri. 2. Menikmati Gurihnya Sate Rusa Sate rusa disajikan bersama ayam bakar. Foto oleh Tulus Muliawan Banyak yang bilang, berkunjung ke Merauke tak akan lengkap kalau belum mencicipi gurihnya sate rusa yang menjadi kuliner khsas Merauke. Biasanya, sate rusa disajikan dengan campuran bumbu kacang atau bumbu kecap, mirip dengan sate ayam atau sate kambing yang sering kita jumpai. Meskipun populasi rusa di Merauke dan sekitarnya mulai berkurang karena perburuan liar dengan senjata api, pedagang-pedagang sate rusa masih bisa ditemukan di sepanjang jalan utama kota Merauke, salah satunya di Jalan Mandala. Sate ini bisa dinikmati dengan harga 25 ribu rupiah per porsi. Belakangan ini, sate rusa sering menjadi pro dan kontra. Sebab, sebagian besar daging rusa yang dijual di jalanan adalah hasil perburuan liar dengan senjata api. Hal ini mengundang kritik karena perburuan besar-besaran dengan senjata api bisa mengancam populasi rusa di Merauke. 3. Belajar Berburu dengan Suku Marind Suku marind menjual hasil buruannya di pasar tradisional batas negara. Foto oleh Tulus Muliawan Suku marind merupakan suku asli yang menetap di Merauke. Meski begitu, mereka sudah mulai hidup modern. Mereka tidak lagi tampil dengan menggunakan koteka dan tinggal di rumah khas papua, honai. Suku marind ini juga hidup berbaur dengan masyarakat pendatang. Meski sudah modern, sebagian penduduk suku marind masih menggunakan tradisi lama pada beberapa aspek kehidupan, salah satunya dalam mencari makan. Mereka masih hidup dengan cara berburu di hutan. Rusa, kangguru, dan kuskus merupakan binatang buruan mereka. Di Merauke, berburu merupakan hal yang legal, asalkan dilakukan suku marind dan menggunakan senjata tradisional seperti panah dan ketapel. Berburu dengan panah dan ketapel merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan para lelaki dari suku marind di hutan-hutan Merauke. Para pemburu ini bisa dijumpai di kawasan Taman Nasional Wasur. Mereka biasa pergi berburu di siang hari dan pulang pada sore hari. Kalau kamu berpapasan dengan mereka, jangan sungkan untuk menyapa. Mereka akan menyambutmu dengan senyum yang lebar dan mengajakmu berbincang. 4. Foto Bersama Sarang Rayap Musamus Foto bersama kawanan Musamus di Distrik Kurik. Foto oleh Tulus Muliawan Selain sate rusa, ciri khas lain kota Merauke adalah Musamus. Musamus adalah sarang rayap yang terbuat dari campuran tanah dan semak belukar. Musamus sangat menarik perhatian karena bentuknya yang unik, menyerupai stalagtit yang sering dijumpai di dalam di goa kapur. Sarang ini dibuat oleh koloni rayap untuk dijadikan sebagai tempat tinggal mereka. Sarang ini tumbuh perlahan seiring berjalannya waktu. Sebagai ciri khas Merauke, Musamus juga digunakan sebagai nama universitas negeri di Merauke, yaitu Universitas Musamus. Ukuran musamus sangat beragam, mulai dari ketinggian di bawah satu meter, sampai yang tertinggi mencapai sekitar lima meter. Diameter sarang rayap ini juga cukup besar, antara 50 centimeter sampai dua meter. Sarang rayap ini bisa ditemui di wilayah pedalaman Merauke. Kalau kamu berkunjung ke Merauke, jangan lupa untuk berfoto bareng Musamus ya! Ssarang rayap raksasa yang sangat langka ini cuma bisa ditemui di Merauke dan sebagian kecil wilayah Australia bagian utara. Tunjukkan bahwa kamu memang pernah berkunjung ke Merauke! 5. Mendengar Kisah Inspiratif dari Pak Ma’ruf Pak Ma’ruf Suroto, polisi penjaga perbatasan RI-PNG Selain empat poin di atas, pengalaman langka yang hanya bisa kamu dapat saat berkunjung ke Merauke adalah berjumpa dengan Pak Ma’ruf Suroto. Pak Ma’ruf merupakan polisi yang ditugaskan di perbatasan Indonesia-Papua Nugini, tepatnya di Distrik Sota, distrik paling timur di Indonesia. Pak Ma’ruf merupakan sosok inspiratif yang beberapa kali mengundang perhatian. Dengan segala keterbatasan, ia berjuang “menghidupkan” wilayah perbatasan dengan menyulap semak belukar menjadi taman-taman yang cantik. Ia juga menanami pekarangan rumahnya dengan buah-buahan dan sayur-mayur. Kalau berkesempatan singgah di Sota, luangkan waktu sejenak untuk berbincang dengan Pak Ma’ruf. Dia tak segan berbagi pengalaman dan kisah inspiratif selama bertugas di perbatasan. Di rumahnya yang hanya berjarak 300 meter dari gerbang perbatasan, Pak Ma’ruf juga menjual souvenir khas Merauke. *** Bagaimana, seru kan? Buat kamu yang sudah pernah pergi ke titik paling barat di Sabang, pasti akan sangat berkesan kalau bisa melengkapi petualanganmu dengan mengunjungi titik paling timur di Merauke. Jangan khawatir, Merauke bukan kota tertinggal seperti yang kamu bayangkan. Saat ini, ada tiga penerbangan besar yang singgah di Merauke setiap hari, yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Bagaimana soal penginapan? Tenang, kamu bisa menemukan banyak penginapan di pusat kota Merauke. Tinggal pilih, bintang satu, bintang dua, atau bintang lima. Selamat bertualang! REKOMENDASI ARTIKEL KEREN PALING BARU