Namun kesempatan untuk mengunjungi Ujung Genteng baru terlaksana di akhir bulan November 2006, tepatnya pada tanggal 29 November 2006. Saya bersama Annas liburan ke Ujung Genteng dengan mengendarai sepeda motor. Kami berangkat dari Jakarta pagi-pagi sekali, sekitar jam 06.00 supaya nggak terjebak macet dan bisa menikmati udara pagi yang masih
Menyusurijalan ke Ujung Genteng. Selasa, 20 September 2011 | 10:07 WIB Oleh : B1. Ujung Genteng dan Pelabuhan Ratu ada di wilayah selatanSukabumi tapi jarak keduanya tidak kurang dari 60 kilometer, jika ditarik garispantai. Bila melalui jalan darat, rute yang ditempuh tidak sama.
Ruteyang kami lalui yaitu melalui Cidadap, Jl raya gadog dan belok kiri di pertigaan setelah jembatan bag-bagan ke arah Ujung Genteng. Setelah pertigaan tadi kita akan melintasi area pegunungan dengan pemandangan laut yang indah dibawahnya tapi memiliki medan yang agak rumit menuju daerah Jampang Kulon lalu sebelumnya anda akan menemui
Untukinformasi detail aneka RIBUAN info proyek, dapat diakses melalui tambang, kelistrikan, petrochemical, telko, agro industri, properti dan infrastruktur). Hub customer service 021-6230 2979 (Eka, Lina, Yentie) utk bantuan atau WA 081282248240 atau daftar langsung melalui https://tender-indonesia.com
DuaAcara di Jakarta Ini Bikin Long Weekend Anda Lebih Berkesan (1) Dua Agatra Sraya Ini ke Gunung Kasur (1) Dua Bocah Indonesia Ikut Shrek The Musical di Jakarta Mulai Kamis Ini (1) Dua Diantaranya Siap Warnai Februari Ini (1) Dua Duta Wisata Ini Pikat Perhatian Pengunjung AAC 2018 (1)
Liburpanjang selama 3 hari saat weekend merupakan waktu yang lumayan. Bermukim di Jakarta menjadi tantangan tersendiri soal memilih destinasi. Kepulauan Seribu sudah biasa, puncak cuma ada macet, dan Bandung isinya plat B semua. Akhirnya pilihan jatuh ke Pulau Peucang di Ujung Kulon. Dari jauh hari saya merencanakan untuk melakukan kegiatan
JAKARTA President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, pada Semester I/2022, Bandara Soekarno-Hatta melayani penerbangan dari dan ke 220 rute penerbangan. Awaluddin mengatakan, jumlah rute ini naik sekitar 43,8 persen dibandingkan Semester I/2021 yang hanya melayani penerbangan dari dan ke 153 rute
Obyekwisata di Jalan Trans Pantai Utara. Di pesisir utara Labuan Bajo, wisatawan bisa mampir ke Pulau Longos dan Pantai Bari. Di Pulau Longos, seperti dikutip dari Kompas.com, (27/02/2016), wisatawan bisa menjelajahi pulau berbentuk bulat yang membentang sepanjang 9 kilometer dari ujung barat ke timur.
Perjalananke pantai Ujung Genteng ini sebenarnya adalah kelanjutan dari Perjalnan ke Curug Cikaso, karena gak afdol kalau jalan-jalan ke Curug Cikaso tanpa mengunjungi Pantai Ujung Genteng. Ceritanya setelah beristirahat dirumah Abah dan Ambu saya, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Pantai Ujung Genteng sekitar pukul 14:45 WIB, kita
Sebuahvideo berjudul "Penampakan UFO di Jakarta" yang dipublikasikan oleh Dani Chandra pada tanggal 14 Juli 2017.Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 Juni 2017. Sebuah objek cahaya melintas dengan perlahan,kemuadian menjadi cepat. Objek ini berbeda dengan pesawat terbang karna pergerakan dan cahaya yang dihasilkan sudah jelas.
PRLCDM. Posted on July 16, 2013 . [DISCLAIMER KISAH INI TERJADI BEBERAPA TAHUN SILAM] BRAK!!! Saya membuka mata sejenak, namun kesadaran saya yang masih belum kembali dan ditambah suara yang berdenging begitu kencang di telinga memaksa saya untuk menutupnya lagi, sampai akhirnya saya mendengar suara teman-teman yang berteriak mengumpat kesakitan –juga sebagian berdzikir–, dan mencium bau asap yang mulai merasuk ke hidung. Saya berharap bahwa ini cuma mimpi, namun rasa nyeri yang menjalar di seluruh tubuh membuat saya tersadar. Saya memaksakan membuka mata, dan mendapati mobil APV yang kami gunakan menabrak sebuah pohon di sisi kanan jalan, yang membuat kap mobil tersebut terbelah dan menyangkut ke pohon tersebut. Asap mengepul tanpa henti dari kap mobil yang terluka. Adi, teman kami yang mendapat giliran menjadi supir mendapati kepalanya tersandar di kemudi. Ainul, yang duduk di sampingnya terus memegang kepalanya yang menerpa kaca depan mobil, dan darah bercucuran dari batoknya. Mario yang duduk di belakangnya, mengerang setelah kakinya terjepit di bawah jok dan bengkak hebat karena menghantam dongkrak yang tersimpan di situ. Di sampingnya, ada Wulan yang hidungnya terus mengucurkan darah, dan Handa yang langsung sesak napas karena kaget setelah guncangan hebat tersebut. Di barisan belakang, terdapat Ika, Petty, dan saya, yang memar-memar karena benturan tersebut. Sejurus kemudian, saya dan Adi –yang paling sadar di antara semuanya– membantu mengevakuasi teman-teman dari mobil nahas itu, dan meminggirkannya di warung yang telah tutup di pagi buta tersebut. Tak berapa lama, mobil kami telah menjadi tontonan orang yang lewat di daerah tersebut, dan kemudian polisi pun datang. — Malam Sebelumnya — Sekitar pukul sepuluh, mobil APV telah membawa kami menembus kemacetan Jakarta untuk bertolak menuju Sukabumi sebelum melanjutkan perjalanan ke Ujung Genteng. Kami berniat untuk menyusul rombongan rekan sejawat yang telah berangkat sore harinya, namun karena ada kuliah malam, maka kami memutuskan untuk menyusul di malam harinya setelah kuliah. Saya mengendarai mobil tersebut dari Jakarta, dan menyerahkan kuncinya ke Adi, ketika mobil telah berhasil tiba di Sukabumi –setelah tersesat di tepian hutan dan jurang, dan kembali ke rute yang benar setelah bertanya ke pos polisi setempat yang masih buka– beberapa jam kemudian. Saat itu, saya tak tahu kejutan apa yang telah menanti di Ujung Genteng. Adzan subuh mulai bergema di telinga, ketika kami memasuki Pantai Ujung Genteng. Di ujung jalan yang berangsur-angsur tertimpa cahaya matahari, kami menemukan lokasi penginapan yang dicari yaitu Mama Losmen, yang entah apakah ada hubungannya dengan Mama Lauren dan Mama Lemon. Penginapan Mama Losmen, Ujung Genteng. Pagi harinya, kami telah berkumpul bersama rombongan besar yang telah tiba terlebih dahulu malam hari kemarin. Rencananya kami akan mengunjungi dua curug Air Terjun yang terkenal di Ujung Genteng. Yang satu bernama Curug Cikaso, dan satunya bernama Curug Cigangsa. Selepas sarapan, berangkatlah kami menggunakan bus berukuran sedang yang sudah dicarter dari Jakarta oleh rombongan besar. Saat itu, kami tak tahu kejutan apa yang telah menanti di Ujung Genteng. Curug Cikaso Kurang lebih satu jam perjalanan, sampailah kami di pintu gerbang kemerdekaan masuk objek wisata Curug Cikaso, yang di pinggir kanan kirinya terdapat kios yang menjual cinderamata khas sana, termasuk kaus yang bertuliskan “CURUG CIKASO”. Setelah melihat sejenak, dan berkomentar “AH MAHAL.” Saya berkumpul bersama rombongan kecil dan melanjutkan perjalanan ke curug dengan menggunakan perahu kecil. Rombongan kecil dengan perahu kecil Ya, perahu kecil. Perjalanan menuju lokasi air terjun harus ditempuh dengan perahu kecil selama beberapa kecil. Hal yang menyenangkan, berperahu sambil berimajinasi sedang berada di Amazon tanpa perlu merisaukan akan adanya anaconda, maupun bagaimana cara shipping barang ke Indonesia. Setelah perahu menepi, ternyata kami masih harus berjalan lagi sejenak, mendaki gundukan-gundukan kecil, dan melintasi sungai berbatu yang dangkal namun licin. Dan setelah perjalanan yang cukup menantang, tibalah kami di Curug Cikaso yang terkenal itu. Curug Cikaso Curug Cikaso sebenarnya bernama Curug Luhur, namun dikenal dengan nama Cikaso, karena mengalir dari salah satu anak sungai Cikaso. Curug ini sendiri merupakan gabungan dari tiga buah curug, yaitu Curug Asepan, Curug Meong, dan Curug Aki dengan tinggi sekitar 80 meter dan lebar total 100 meter. Saking derasnya air dan kencangnya angin saat itu, baju yang saya gunakan pun basah oleh Cikaso. Sayang, sedang tak ada wet shirt contest di situ, padahal kans untuk menang cukup terbuka sempit. Almost Full Team at Curug Cikaso Karena baju yang basah dan cadangan baju yang saya bawa kurang, maka saya memutuskan untuk membeli kaus suvenir bertuliskan “CURUG CIKASO” di kios tadi. Saat itulah ucapan “AH MAHAL.” direvisi menjadi “AH GAK PAPA MAHAL SEKALI-KALI MUMPUNG DI SINI, KAPAN LAGI BROH.” Saat itu, saya masih belum tahu kejutan apa lagi yang telah disiapkan oleh Ujung Genteng. Curug Cigangsa Perjalanan ke curug ini ditempuh selama kurang lebih satu jam dari Curug Cikaso dengan menggunakan bus berukuran sedang yang berjalan dengan kecepatan sedang-sedang saja yang penting dia setia. Dari hentian bus, yang diparkir pada rumah penduduk, kami masih harus berjalan kaki untuk menuju curug ini. Untungnya, saat itu langit cerah, dan pemandangan sepanjang perjalanan pun cukup menarik, yaitu melintasi sungai yang berwarna kecokelatan dan melewati sawah-sawah yang hijau yang berpadu cantik dengan langit biru dan awan putih yang beriring. Melintasi sungai cokelat Melewati sawah hijau Setelah beberapa kali terpeleset batu kali, dan terperosok lumpur sawah, kami semakin mendekati ujung jalan setapak tersebut. Di ujung jalan yang semakin menurun, kami menemukan sungai yang mengalir ke batuan hitam di bawahnya. Dan itulah yang disebut Curug Cigangsa. Menariknya, Curug ini bertipe versatile, yaitu bisa dinikmati dari atas melihat batuan hitam yang menjadi landasan air terjun dan dari bawah menikmati air yang terjun bebas dari sungai berwarna cokelat tersebut. Jika Curug Cikaso berwarna hijau karena lumut, maka Curug Cigangsa berwarna cokelat karena lumpur. Curug Cigangsa Salah satu hal yang agak mengesalkan di sini adalah, ketika sampai bawah, balik lagi ke atasnya malas dan capai, bro! Oleh karena itu, kami memanfaatkan dengan sungguh-sungguh kesempatan untuk mengambil beberapa gambar di lokasi ini. Klik! Model Video Klip Dewi SancaAinul – Ariel – Petty – Ika – Adi – Handa – Wulan – Mario Setelah perjuangan panjang, kami pun berhasil kembali ke dalam bus dengan selamat sentosa. Saat itu, kami masih tak menduga bahwa masih ada kejutan selanjutnya dari Ujung Genteng. Pantai Ujung Genteng Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, kami pun menjadikan bus sebagai tempat beristirahat sebelum tiba di penginapan. Ada yang tertidur pulas, ada yang asyik mengobrol, ada yang karaoke di dalam bus, dan ada yang bermesraan. 17++ Not suitable for kids. Jalan yang bergelombang menandakan bahwa kami telah dekat dengan Mama Losmen, dan akhirnya perjalanan mengunjungi dua curug di Ujung Genteng pun usai. Setelah beristirahat sejenak di penginapan, kami memutuskan untuk bersantai di pantai yang terletak tepat di seberang penginapan. Pantai Ujung Genteng sendiri merupakan pantai dengan garis pantai yang panjang membentang, dengan pasir putih, namun tidak semulus paha Cherrybelle karena terdapat banyak batuan di pasirnya. Jiyeee galau! 3 Saking capeknya akan aktivitas hari itu, kami menolak untuk menyaksikan pelepasan tukik bayi penyu yang terletak jauh dari situ –harus ditempuh dengan menggunakan ojek dengan biaya Rp. dan memilih untuk menikmati sunset di pinggir pantai. Kami merasa bahwa sepertinya kejutan dari Ujung Genteng telah usai. — Malam Harinya — “Kamu yakin, mau balik malam ini juga?” Tanya Mas Ali, sang ketua rombongan. “Iya Mas.” Jawab saya seraya membereskan barang bawaan dalam tas punggung. “Gak capek? Besok pagi aja pulangnya habis subuh. Kan tadi habis jalan-jalan seharian.” Tambahnya. “Ya lumayan sih, tapi barusan udah ngopi kok biar gak ngantuk.” Saya menjelaskan. “Lagian, besok pacar Adi ke Jakarta. Jadinya dia pengin buru-buru pulang buat pacaran. Maklumlah, insan LDR.” “Benar gak papa?” “Iya, gak papa.” Saya menjawabnya, yakin. “LDR itu gak papa kok, namanya juga cinta.” *** Saya menepikan APV yang saya bawa di pinggir jalan yang entah di mana dirimu berada, aktivitas yang saya lakukan hari itu benar-benar menguras stamina saya. Dan hanya berselang satu jam sejak saya mengemudikan dari Pantai Ujung Genteng, saya sudah merasa capai dan mengantuk. Saya pun menyerahkan tugas mulia tersebut ke Adi, membangunkannya untuk berganti tugas. Saya dan Mario yang sebelumnya berada di depan, bertukar dengan Adi dan Ainul. “Kamu gak ngantuk kan, Di?” “Enggak Mas, tenang saja.” Adi menjawabnya yakin. “Oke Di, alon-alon wae yo. Ati-ati.” Saya berpindah ke bangku belakang paling pojok, karena posisi menentukan prestasi. “Nul, ditemanin tuh, si Adi.” Setelah mobil melaju dalam gelapnya jalanan yang mulai menurun, saya pun terlelap dengan nyenyaknya. Sama seperti semua orang di mobil tersebut, termasuk Adi. Hingga … BRAK!!! Saya memaksakan membuka mata, dan mendapati mobil APV yang kami gunakan menabrak sebuah pohon di sisi kanan jalan, yang membuat kap mobil tersebut terbelah dan menyangkut ke pohon tersebut. Asap mengepul tanpa henti dari kap mobil yang terluka. Tak berapa lama, mobil kami telah menjadi tontonan orang yang lewat di daerah tersebut, dan kemudian polisi pun datang. Kami dilarikan ke Rumah Sakit Sukabumi, dan langsung masuk ke bagian UGD. Sementara mobil yang menyangkut di pohon, digelandang ke kantor polisi setempat. Saat itu pukul dua pagi, dan dokter yang bertugas jaga cuma sedikit. Sementara yang lain mendapat penanganan serius, saya menemani Adi membuat laporan ke pihak polisi. “Mengantuk” adalah keterangan yang dia berikan. Bukan karena LDR. Esoknya, setelah kesadaran kami pulih dan kesehatan berangsur membaik, kami memutuskan untuk pulang kembali ke Jakarta dengan menggunakan mobil carteran. Niat ingin hemat karena berwisata ramai-ramai, namun kami malah tekor karena harus membayar ongkos ekstra untuk pengobatan, biaya derek ke Jakarta, juga biaya ganti rugi atas kerusakan mobil yang kami sewa. Sampai Jakarta, kami langsung menuju RS Fatmawati untuk pengobatan lanjutan, dan juga ke Panti Pijat sungguhan Haji Naim untuk memijat tubuh kami yang lebam juga beberapa tulang yang bergeser. Jika kebanyakan orang menghabiskan tiga ratus ribu untuk ke Ujung Genteng, kami termasuk yang beruntung karena bisa membuang lebih dari satu juta rupiah. Sungguh Tuhan telah memberikan kejutan yang sangat besar dalam perjalanan ke Ujung Genteng ini. Traveling, is not about emotion at all, because you still have to follow your logic.
Raju Febrian 16 Sep, 2017 JAKARTA, 16 September 2017 - Perjalanan kami ini bukan tergolong perjalanan istimewa. Biasa saja, karena daerah yang kami tuju sudah puluhan kali menghias puluhan media massa maupun Youtube. Nama daerah tujuannya Ujung Genteng, daerah wisata yang terletak di kawasan Sukabumi Selatan, Jawa Barat. Daerah wisata yang terkenal dengan program pelestarian penyunya di Pantai Pangumbahan. Saya sendiri sudah tiga kali ke sana, dua kali dengan motor dan sekali dengan kendaraan roda empat. Namun rute yang saya ambil selalu dari Bagbagan, Pelabuhan Ratu, menuju Ujung Genteng. Mungkin yang istimewanya dari perjalanan ini, saya mengambil rute yang berbeda, dari daerah Cikembar, Sukabumi menuju Ujung Genteng. Kami ingin tahu perjalanan dari Cikembar kayak apa karena katanya medannya lebih menantang, tapi jaraknya lebih jauh daripada kami lewat Bagbagan. Kondisi jalan pun katanya lebih jelek. Saya berangkat dari Jakarta berdua saja dengan Tomi. Kami berdua menunggangi motor yang sama, motor trail Kawasaki KLX 150 S. Cuma tahun motor milik saya lebih muda 2 tahun; 2012 vs 2014. Kami berangkat Jumat sore dari Jakarta untuk menginap dulu di daerah Parung Kuda setelah itu baru Sabtu paginya berangkat ke Ujung Genteng. Terlalu beresiko jalan malam langsung dari Jakarta ke Ujung Genteng. Jalanannya sepi dan harus melewati hutan-hutan yang sepi perkampungan penduduk. Selain itu akan sangat melelahkan. Prediksi kami, perjalanan dari Jakarta ke Ujung Genteng memakan waktu sekitar 7 jam. Karena kami hanya berdua yang jalan, kami memilih tak jalan malam. Saya bertemu dengan Tomi di McDonald Padjajaran, Bogor, lalu dari situ kami ambil jalan pintas untuk menghindari macet di jalanan Ciawi atau pun Cihideung. Jalanannya sepi dan gelap, tak ada mobil besar atau pun kecil karena kami menelusuri jalanan kampung yang sepi. Di antaranya kami harus melewati daerah kuburan Cina Cipaku, Bogor. Kami tiba di Parung Kuda sekitar pukul malam dan menginap di sebuah penginapan kecil di daerah itu. Bersambung ke Bagian 2 EKA ZULKARNAIN Raju Febrian 16 Sep, 2017 Baca Semua Artikel Unggulan Terbaru Populer Artikel yang direkomendasikan untuk anda Baca Semua Motor Unggulan Terbaru Yang Akan Datang Populer Artikel Motor dari Oto Berita Artikel Feature Advisory Stories Road Test
Jakarta - Ada sebagian orang yang gemar wisata touring jarak jauh menggunakan motor. Di saat pandemi virus Corona seperti ini, kalau mau touring jarak jauh seperti Jakarta-Bali, berikut touring jarak jauh ini datang dari Eleonora Ajisela yang akrab disapa Jisel, seorang penggemar berkendara sepeda motor dan sangat terkenal di kalangan pengendara wanita. Kebetulan Jisel beberapa waktu lalu melakukan perjalanan menarik dari Jakarta ke Bali dalam rangka memperingati Hari semangat ketangguhan, dunia wanita dan kemandirian, perjalanan berkendara untuk suatu tujuan ini ingin menyampaikan pesan pemberdayaan perempuan. Selama perjalanannya, Jisel juga menyampaikan pesan mengenai ketangguhan perempuan serta mengunjungi tempat-tempat ramah lingkungan, karena perjalanannya dilakukan saat Hari Bumi, seperti desa adat di Bandung yang mengolah singkong untuk devisa desanya, hingga tempat spa lokal di Bali yang memproduksi produk kecantikan dari hasil panen sendiri. Dalam perjalanan pertamanya, Jakarta ke Bandung, Jisel menemukan desa adat Cireundeu di Bandung - sebuah desa adat yang terletak di antara lembah Gunung Kunci, Gunung Cimenteng dan Gunung Gajahlangu. Mereka memiliki tradisi masyarakat yang unik dalam mengolah singkong dari isinya hingga kulitnya, yang kemudian mereka jual untuk menjadi devisa desa Bandung, Jisel kemudian melanjutkan perjalanannya ke Yogyakarta untuk mengetahui apa yang menjadikan kota ini sebagai tujuan wisata yang terkenal. Kota Yogyakarta menawarkan sebuah kesederhanaan, biaya hidup terjangkau yang jarang ditemukan saat ini, dan juga terutama dikenal akan rasa penasaran tentang kota Yogyakarta terjawab, Jisel melanjutkan perjalanannya ke Bali yang menempuh jarak sekitar 600 km. Di Bali, Jisel menemukan spa lokal yang menanam tanamannya sendiri dan mengubahnya menjadi produk kecantikan seperti lulur dan lotion serta memberikan perawatan bagi pengunjung. Selain itu, mereka juga memberikan workshop untuk mengajarkan cara membuat produk kecantikan dari hasil panen seharian mengelilingi kota Bali, Jisel kemudian berkendara ke Surabaya untuk mengikuti acara amal Sunmori bersama para penyandang disabilitas. Sungguh sebuah interaksi yang sangat inspiratif karena para pengendara berhasil mengendarai sepeda motor yang dimodifikasi khusus dan dirancang sendiri, sebuah bakat yang langka."10 hari touring ini terasa sedikit sulit karena kami harus mengejar waktu untuk mengikuti setiap aktivitas dari satu titik ke titik berikutnya. Syukurlah perjalanan itu aman walau melalui kondisi cuaca yang berbeda-beda - gerimis, hujan lebat, dan terik matahari. Tetapi perjalanannya tetap menyenangkan dan berjalan sesuai rencana, karena saya sudah mempersiapkan rencana perjalanan dengan matang sebelum akhirnya memulai perjalanan dari Jakarta - Bali - Jakarta," ujar Jisel yang menggunakan motor Royal Enfield Himalayan saat seperti apa persiapan Jisel untuk touring jarak jauh? Berikut beberapa tips yang bisa kamu ikuti Simak Video "Tips Mudah Hilangkan Bau Tak Sedap di Dalam Mobil" [GambasVideo 20detik]